Epsil's Blog

April 17, 2010

10 Gen Pemicu Diabetes Tipe 2 Ditemukan

Filed under: Kesehatan — by Epsilia Yuni Fitriyanti @ 12:04 pm

Massachusetts, Peneliti berhasil mengidentifikasi 10 variasi gen terbaru yang berhubungan dengan kadar gula darah atau insulin yang bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2 (diabetes karena perubahan gaya hidup).

Ditemukannya 10 varian gen yang ikut mempengaruhi kadar glukosa dan insulin dalam tubuh ini diyakini dapat memberikan harapan terhadap pengobatan baru untuk penderita diabetes tipe 2.

“Sebelumnya hanya ada empat gen yang dikaitkan dengan metabolisme glukosa dan hanya 1 yang diketahui mempengaruhi penderita diabetes tipe 2. Tapi dengan ditemukannya 10 gen terbaru, kami bisa melihat pola-pola lain yang muncul mengenai diabetes tipe 2,” ujar Dr Jose Florez dari unit diabetes dan pusat penelitian genetika manusia di Massachusetts General Hospital, seperti dikutip dari HealthDay, Rabu (21/1/2010).

Florez menjelaskan teridentifikasinya jalur-jalur baru ini dapat membuat peneliti lebih memahami bagaimana glukosa tersebut diatur, membedakan antara variasi glukosa yang normal dengan tidak serta potensi yang optimal untuk mengembangkan terapi baru bagi pasien diabetes tipe 2.

Tim peneliti internasional mulai melakukan penelitian dengan menganalisis sekitar 2,5 juta variasi gen (disebut dengan SNPs) dari 21 genom, langkah ini berguna untuk mencari varian gen yang berhubungan dengan pengaturan glukosa dan insulin. Pada penelitian ini, tim peneliti melibatkan 46.000 orang yang tidak terdiagnosis diabetes.

Didapatkan 25 SNPs yang dinilai paling berpeluang dapat mempengaruhi kadar glukosa dan insulin. Selanjutnya dari 25 varian tersebut, peneliti mempersempitnya menjadi 10 varian baru yang memang berhubungan dengan gula darah dan insulin serta meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam edisi online 17 Januari 2010 di jurnal Nature Genetics.

“Fakta menunjukkan bahwa tidak semua gen yang terlibat dengan peningkatan kadar glukosa dapat meningkatkan risiko diabetes. Salah satu hal yang penting adalah bagaimana meningkatkan sedikit kadar glukosa sehingga masuk dalam rentang normal,” ungkap Florez.

Dengan teridentifikasinya 10 varian gen terbaru ini, maka peneliti kini sedang mengembangkan terapi pengobatan baru bagi penderita diabetes tipe 2. Diharapkan terapi baru ini nantinya dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

Sumber : Detik.Com

Kurang Tidur Membuat Anda bertambah Gemuk dan Terlihat Lebih Tua

Filed under: Kesehatan — by Epsilia Yuni Fitriyanti @ 11:53 am
Tags: , ,

Kurang tidur tidak hanya menganggu aktivitas Anda di hari berikutnya tetapi juga membuat Anda bertambah gemuk dan terlihat lebih tua dari usia sebenarnya. “Kami telah menemukan bahwa mereka yang tidur kurang dari tujuh jam semalam akhirnya menjadi obesitas,” kata konsultan endokrinologi dari Birmingham Heartlands Hospital, Dr Shahrad Taheri, seperti dikutip situs dailymail.com.

Orang-orang yang tidur kurang dari empat jam semalam berisiko 73 persen lebih besar mengalami berat badan berlebih. Sedang gangguan tidur bisa memicu keranjingan makan hingga 900 kalori ekstra per hari. Asupan berlebih ini bisa memicu penambahan berat badan sebanyak satu kilogram seminggu. Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun partisipan tidak memiliki masalah berat badan sebelumnya, berat mereka akan bertambah seiring dengan pengurangan jam tidur. “Kurang tidur menstimulasi hormon pengatur selera makan,” terang Taheri. “Kurang tidur, lanjut dia, memicu penambahan kadar ghrelin (hormon yang menambah selera makan) dan menurunkan kadar leptin (hormon yang memberi sinyal bahwa tubuh sudah kenyang). Selain mengganggu aktivitas, kurang tidur juga berakibat buruk bagi kesehatan. Efek kurang tidur berulang, mungkin tidak terlalu dirasakan, khususnya oleh orang usia 20-an yang masih penuh energi. Akan tetapi, kurang tidur ini akan mempengaruhi penampilan seiring usia. Aktor Brad Pitt baru-baru ini mengakui bahwa mempunyai enam anak membuat ia kurang tidur. Dan penampilannya membuktikan bahwa ia sama sekali tidak bercanda. Di sisi lain, penyanyi cantik J-Lo mengklaim bahwa ia tidur delapan jam per malam. Ini merupakan rahasianya tampil 10 tahun lebih muda dari usianya sebenarnya. Penelitian baru-baru ini menemukan bahwa gangguan tidur mempunyai pengaruh hormon yang sama dengan proses penuaan.

Selain itu, gangguan tidur bahkan meningkatkan kecenderungan penyakit terkait penuaan. “Kami menduga bahwa kurang tidur tidak hanya memicu penyakit, tapi juga memperparah gangguan seperti diabetes, hipertensi, obesitas dan penurunan daya ingat,” terang peneliti Eve Van Cauter. Yang lebih mencemaskan lagi, perempuan yang tidur kurang dari lima jam semalam berisiko 45 persen lebih besar mengalami penyakit jantung. Di samping itu, gangguan tidur juga mengganggu tekanan darah (yang biasanya menurun di malam hari) dan membuat Anda lebih rentan terserang demam dan flu. Sebuah studi dari European Sleep Research Society menemukan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan tidur cenderung memiliki penampilan yang kurang menarik dengan kulit yang mengendur. Selama tidur, terang peneliti, akan terjadi pembentukan sel-sel kulit baru. Karena itu, tidur yang cukup akan membuat Anda merasa dan terlihat sepuluh tahun lebih muda dari usia sebenarnya. “Tidur memungkinkan otak memperbaiki diri,” kata direktur Sleep Research Centre di Loughborough University, Jim Horne. Selama tidur, terang Horne, korteks (bagian otak paling besar dan menangani fungsi seperti berpikir dan beraktivitas) akan berada pada mode pemulihan.

Dan tanpa istirahat, Anda akan mudah marah, moody, mudah lupa dan tidak fokus saat bangun. (kalbe.co.id)

Desember 28, 2009

Bahaya Minyak Telon dan Bedak pada Bayi

Filed under: BBL — by Epsilia Yuni Fitriyanti @ 9:50 am

bayikuAroma tubuh bayi yang wangi dan lembut seringkali membuat kita selalu ingin menciumnya. Wangi yang berasal dari bedak ataupun minyak yang dibalurkan bayi menunjukkan ciri khas buah hati. Namun, amankah pemakaian produk-produk tersebut bagi si mungil? Dokter Spesialis anak RS Pondok Indah Karel Staa menegaskan, pemakaian bedak, minyak kayu putih, minyak telon dan pewangi (cologne) sangat berbahaya untuk kesehatan bayi di masa datang. “Partikel-partikel yang terkandung di dalam bedak bayi dan minyak itu bahaya jika dihirup bayi,” kata Karel Staa usai diskusi bertajuk ‘Lindungi Semua Perempuan dari Kanker Serviks’ di RS Pondok Indah, Jl. Metro Duta, Jakarta Selatan, Sabtu (10/5). Produk tersebut, kata Karel, dapat membahayakan fungsi paru-paru. “Misalnya batuk yang tidak sembuh. Nanti setelah diperiksa, biasanya dokter akan menyuruh memberhentikan pemakaian bedak dan lain-lain. Setelah itu batuknya hilang. Itu bisa saja respirasi paru,” imbuh dia. Baluran minyak dipercaya dapat memberi kehangatan untuk bayi. Namun hal ini juga dibantah Karel. “Kata siapa? Dari mana? Kulit bayi kan belum berfungsi. Lalu mau ditutupi produk itu, bagaimana pori-porinya bernafas?” ujarnya. Karel menuturkan, pernah mendapati salah satu pasiennya mengeluhkan kulit anaknya gosong. “Ternyata setelah diperiksa, bayinya dibalurin minyak kayu putih 100 persen,” tutur dia. Ditambahkan dia, kulit bayi seharusnya dibiarkan apa adanya. Meski bayi baru dapat merasakan rangsangan di usia di atas 1 tahun, pemakaian produk tetap tidak dianjurkan. “Itu kan tradisi Indonesia, dari orang tua. Biarkan bayi pure. Kecuali ada indikasi medis seperti iritasi, itu harus anjuran dokter,” pungkasnya. Hati-hati Pijat Bayi Bisa Ubah Struktur Tulang Tubuh akan terasa lebih ringan setelah dipijat. Mereka yang senang dipijat biasanya juga akan merasa lebih fit. Tak hanya orang dewasa, pasangan yang telah memiliki bayi hobi memijatkan tubuh si buah hati ke tukang pijat atau urut langganan. Pijatan tersebut dipercaya dapat meluruskan kembali otot dan urat-urat yang tegang. Ternyata, berdasarkan riset persatuan dokter di Amerika, pemijatan yang dilakukan tanpa teknik dapat membahayakan struktur tulang bayi. Dokter Spesialis anak Rumah Sakit Pondok Indah Karel Staa menuturkan pijat bayi tidak boleh sembarangan. “Jika dilakukan asal-asalan, bisa mengganggu tubuh bayi,” ujar Karel usai diskusi bertajuk ‘Lindungi Semua Perempuan dari Kanker Serviks’ di RS Pondok Indah, Jl. Metro Duta , Jakarta Selatan, Sabtu (10/5). Karel mencontohkan, di negara maju seperti Amerika, tukang pijat haruslah memiliki sertifikat lulus ujian pijat. Untuk mendapatkan sertifikat juga tidaklah mudah. Pelaku jasa harus mengikuti latihan khusus selama 6 bulan. “Baru dapat sertifikatnya,” ujarnya. Ditambahkan dia, kebiasaan memijat di Indonesia memang telah menjadi tradisi, namun Karel berharap jika ingin memijat bayi, paling tidak si pemijat mengetahui anatomi tubuh manusia. “Bayi kan nggak bisa ngomong. Mana tahu kita dia kesakitan atau tidak. Emangnya dia tahu anatomi tubuh manusia,” pungkas dia. (detikcom/o)

Juli 29, 2009

Asuhan Keperawatan Bayi Sepsis

Filed under: BBL — by Epsilia Yuni Fitriyanti @ 1:50 pm

A. Pengertiansepsis
Sepsis pada periode neonatal adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan penyakit sistemik simtomatik dan bakteri dalam darah.

B. Etiologi dan Epidemiologi
Organisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah Escherichia Coli dan streptokok grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %), Stapylococcus aureus, enterokok, Klebsiella-Enterobacter sp., Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., Listeria monositogenes dan organisme yang anaerob.
Faktor-faktor dari ibu dan organisme diperoleh dari cairan ketuban yang terinfeksi atau ketika janin melewati jalan lahir (penyakit yang mempunyai awitan dini), bayi mungkin terinfeksi dalam lingkungannya atau dari sejumlah sumber dari rumah sakit (penyakit yang mempunyai awitan lambat)

C. Tanda dan gejala
Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan :
-Suhu tubuh yang abnormal (hiper- atau hipotermi),
-Ikterus,
-Kesulitan pernafasan,
-Hepatomegali,
-distensi abdomen,
-Anoreksia,
-Muntah-muntah, dan
-Letargi.
-Jaundice (sakit kuning)
-kejang

D. Diagnosis
Diagnosis sepsis tergantung pada isolasi agen etiologik dari darah, cairan spinal, air kemih atau cairan tubuh lain dengan cara melakukan biakan dari bahan-bahan tersebut.

E. Pengobatan
Bila dipikirkan diagnosis sepsis setelah pengambilan bahan untuk pembiakan selesai dilakukan, pembiakan dengan antibiotika harus segera dimulai. Pengobatan awal hendaknya tersendiri dari ampisilin dan gentamisin atau kanamisin secara intravena atau intramuskular.
Pengobatan suportif, termasuk penatalaksanaan keseimbangan cairan dan elektrolit, bantuan pernapasan, transfusi darah lengkap segar, transfusi leukosit, transfusi tukar, pengobatan terhadap DIC, dan tindakan-tindakan lain yang merupakan bantuang yang penting bagi pengobatan antibiotik.

F. Prognosis
Angka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10 – 40 %. Angka tersebut berbeda-beda tergantung pada cara dan waktu awitan penyakit, agen atiologik, derajat prematuritas bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan ruang bayi atau unit perawatan.

G. Pencegahan
Peningkatan penggunaan fasilitas perawatan prenatal, perwujudan program melahirkan bagi ibu yang mempunyai kehamilan resiko tinggi, pada pusat kesehatan yang memiliki fasilitas perawatan intensif bayi neonatal dan pengambangan alat pengangkutan yang modern, mempunyai pengaruh yang cukup berarti dalam penurunan faktor ibu dan bayi yang merupakan predisposisi infeksi pada bayi neonatus. Pemberian antibiotik profilaktik dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi neonatus.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN BAYI
DENGAN SEPSIS

A PENGKAJIAN

1. Identitas Klien
2. Riwayat Penyakit
-Keluhan utama
Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau menghisap, lemah.

-Riwayat penyakit sekarang
Pada permulaannya tidak jelas, lalu ikterik pada hari kedua , tapi kejadian ikterik ini berlangsung lebih dari 3 mg, disertai dengan letargi, hilangnya reflek rooting, kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia.

-Riwayat penyakit dahulu.
Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar karena obstruksi.

-Riwayat penyakit keluarga
Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar atau dengan darah.

3. Riwayat Tumbuh Kembang
-Riwayat prenatal
Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi.

-Riwayat neonatal
Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.

4. Riwayat Imunisasi

5. Pemeriksaan Fisik
-Inspeksi
a. Kulit kekuningan
b. Sulit bernafas
c. Letargi
d. Kejang
e. Mata berputar

-Palpasi
a. tonos otot meningkat
b. leher kaku

-Auskultasi

-Perkusi

6.Studi Diagnosis
Pemeriksaan biliribin direct dan indirect, golongan darah ibu dan bayi, Ht, jumlah retikulosit, fungsi hati dan tes thyroid sesuai indikasi.

7.Prioritas masalah
1. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin yang ditandai dengan :
• Kulit bayi kekuningan
• Bilirubin total : 4,6
• Bilirubin direct : 0,3
• Bilirubin indirect : 4,3

TUJUAN
Bayi akan terhindar dari kerusakan kulit

INTERVENSI
1.Catat kondisi selama diberikan sinar setiap 6 jam dan laporkan bila perlu.
2.Monitor baik langsung atau tidak langsung tingkat bilirubin
3.Jaga kulit bayi agar tetap bersih dan kering

RASIONAL
1.Untuk mengetahui kondisi bayi, sehingga dapat melakukan intervensi lebih dini.
2.Untuk menilai kondisi kekuningan pada kulit
3.Menurunkan iritasi dan resiko kerusakan kulit.

2.Resiko tinggi injuri (internal) berhubungan dengan kerusakan hepar sekunder fisioterapi di tandai dengan:
• Kulit bayi terlihat kekuningan

Tujuan:
Injuri tidak terjadi

Intervensi:
1.monitor kadar bilirubin sebelum melakukan perawatan dengan sinar, laporkan bila ada peningkatan
2.inspeksi kulit, urine tiap 4 jam untuk melihat warna kekuningan, laporkan apa yang terjadi

Rasional:
1.mengetahui kadar bilirubin serta membantu keefektifan pemberian terapi
2.mengetahui seberapa besar kadar bilirubin

3.Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan therapi yang diberikan pada bayi.

Data Subyektif:
• Klien/keluarga selalu menanyakan tindakan yang akan diberikan.
Data Obyektif :
• Orang tua tampak cemas
• Ibu tampak takut saat melihat keadaan bayinya.

TUJUAN:
Orang tua menegerti tentang perawatan, keluarga dapat ber- partisipasi meng- identifikasi gejala-gejala untuk men- yampaikan pada tim kesehatan

INTERVENSI
1.Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi ikterus
2.Berikan penjelasan tentang:
Penyebab ikterus, proses terapi, dan perawatanya.
3.Berikan penjelasan setiap akan melakukan tindakan .
4.Diskusikan tentang keadaan bayi dan program-program yang akan dilakukan selama di rumah sakit
5.Ciptakan hubungan yang akrab dengan keluarga selama melakukan perawatan

RASIONAL
1.Memberikan bahan masukan bagi perawat sebelum me- lakukan pendidikan kesehat- an kepada keluarga
2.Dengan mengerti penyebab ikterus, program terapi yang diberikan keluarga dapat menerima segala tindakan yang diberikan kepada bayinya.
3.Informasi yang jelas sangat penting dalam membantu mengurangi kecemasan keluarga
4.Komunikasi secara terbuka dalam memecahkan satu per-masalahan dapat mengurangi kecemasan keluarga.
5.Hubungan yang akrab dapat meningkatkan partisipasi keluarga dalam merawat bayi ikterus

Daftar Pustaka :

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Tucker Susan Martin, at al.,1999, Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis dan evaluasi, EGC, Jakarta.

Dongoes, Marlynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Askep Bayi Baru Lahir

Filed under: BBL — by Epsilia Yuni Fitriyanti @ 10:25 am
1. Definisi BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih rendah (WHO 1961)
imut
Klasifikasi BBLR
  • Prematuritas murni : Masa Gestasi kurang dari 37 minggu dan Bbnya sesuai dengan masa gestasi.
  • Dismaturitas : BB bayi yang kurang dari BB seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya.

2. Etiologi

a. Faktor ibu : Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik dll), Faktor usia Keadaan sosial

b. Faktor janin : Hydroamnion, Kehamilan multiple/ganda, Kelainan kromosom

c. Faktor Lingkungan : Tempat tinggal didataran tinggi, Radiasi, Zat-zat beracun

3. Patofisiologi

4. Gejala Klinis : BB, PB, LK, LD, LLA, APGAR

5. Pemeriksaan Penunjang : Analisa gas darah

6. Komplikasi : RDS, Aspiksia

7. Penatalaksanaan medis : Pemberian vitamin K : Pemberian O2 (nasal atau headbox)

8. Askep Pengkajian

  • Tanda-tanda anatomis
    • Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak jaringan sedikit (tipis).
    • Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari
    • Pada bayi laki-laki testis belum turun.
    • Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol.
  • Tanda fisiologis
    • Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
    • Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.
  • Penyebabnya adalah :
    • Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.
    • Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu.
    • Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.

9. Diagnosa Keperawatan

  1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler.
  2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.
  3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
  4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
  5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
  6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dn neuro muscular

Pola nafas efektif .

Kriteria Hasil :

  • RR 30-60 x/mnt
  • Sianosis (-)
  • Sesak (-)
  • Ronchi (-)
  • Whezing (-)
  1. Observasi pola Nafas.
  2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas
  3. Observasi adanya sianosis.
  4. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
  5. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
  6. Beri O2 sesuai program dokter
  7. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
  8. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
  9. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.

2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu dan berkurangnya lemak subcutan didalam tubuh.

Suhu tubuh kembali normal.

Kriteria Hasil :

  • Suhu 36-37 C.
  • Kulit hangat.
  • Sianosis (-)
  • Ekstremitas hangat.
  1. Observasi tanda-tanda vital.
  2. Tempatkan bayi pada incubator.
  3. Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.
  4. Monitor tanda-tanda Hipertermi.
  5. Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.
  6. Ganti pakaian setiap basah.
  7. Observasi adanya sianosis.

3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)

Infeksi tidak terjadi.

Kriteria Hasil :

  • Suhu 36-37 C
  • Tidak ada tanda-tanda infeksi.
  • Leukosit 5.000 – 10.000
  1. Kaji tanda-tanda infeksi.
  2. Isolasi bayi dengan bayi lain
  3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
  4. Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
  5. Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
  6. Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/steril.
  7. Kolaborasi dengan dokter.
  8. Berikan antibiotic sesuai program.

4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi (Imaturitas saluran cerna)

Nutrisi terpenuhi setelah

Kriteria hasil :

  • Reflek hisap dan menelan baik
  • Muntah (-)
  • Kembung (-)
  • BAB lancar
  • Berat badan meningkat 15 gr/hr
  • Turgor elastis.
  1. Observasi intake dan output.
  2. Observasi reflek hisap dan menelan.
  3. Beri minum sesuai program
  4. Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
  5. Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
  6. Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
  7. Timbang BB setiap hari.

5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.

Gangguan integritas kulit tidak terjadi

Kriteria hasil :

  • Suhu 36,5-37 C
  • Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit.
  • Tanda-tanda infeksi (-)
  1. Observasi vital sign.
  2. Observasi tekstur dan warna kulit.
  3. Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic.
  4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
  5. Jaga kebersihan kulit bayi.
  6. Ganti pakaian setiap basah.
  7. Jaga kebersihan tempat tidur.
  8. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.
  9. Monitor suhu dalam incubator.

6. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan kondisi krisis.

Cemas berkurang

Kriteria hasil :

  • Orang tua tampak tenang
  • Orang tua tidak bertanya-tanya lagi.
  • Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan.
  1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua
  2. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya.
  3. Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya.
  4. Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua.
  5. Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi pulang.

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.